Griya Senja - Hari tengah begitu panasnya saat aku tengah duduk santai di teras rumah. Sambil sesekali merapikan anak-anak rambut yang tertiup angin, aku tak melepaskan pandangan dari buku yang aku pegang. Sampai akhirnya langkah kaki beradu dengan kerikil kecil yang bertebaran di halaman membuatku terpaksa  mengalihkan pandangan.

" Hai, sibuk?" Senyuman yang khas menyambutku saat mata kami beradu. Aku perlahan bangkit sambil menatapnya heran.

" Dari mana kamu tahu rumahku?" Aku balik bertanya. Makhluk menjengkelkan itu hanya tersenyum menatapku tanpa bermaksud menjawab pertanyaanku.

" Siapa Vay?" Suara Ibu dari dalam membuatku reflek menoleh.

" Teman Buk". Ian tertawa demi mendengar jawabanku.

" Syukurlah kalau ternyata aku dianggap sebagai teman. Itu berarti aku boleh masuk ke dalam kan?" Sambil menghela nafas pelan ku buka pintu pagar dan mempersilahkan masuk. Tapi Ian memilih duduk di teras.

" Sejuk juga di sini, pantas saja kamu betah berlama-lama di teras." Aku mengrenyitkan dahi heran. Dari mana dia tahu aku sering duduk di teras? Apakah selama ini dia mengawasiku?

" Tak perlu heran Vay, aku tahu." Ujarnya sambil tersenyum tipis.

"Ko' tamunya tidak dipersilahkan masuk?" Ibu tiba-tiba saja sudah berada di sampingku sambil membawa nampan berisi dua gelas air minum.

" Di sini lebih enak Bu, sambil cuci mata."

" Maaf Ibu belum bisa bekerja lagi Den, belum sehat betul." Aku reflek menoleh ke arah Ibu meminta kejelasan.

" Temanmu ini, Den Anton yang sering Ibu ceritakan padamu. Bilangnya dia satu sekolah denganmu. Den Anton ini anak bungsu Bu Ayu." Cerita Ibu seperti kaset yang diputar berulang di telingaku. Aku benar-benar tidak menyangka jika Ian yang selama ini aku kenal adalah Den Anton, putra Bu Ayu. Pantas saja seolah dirinya sudah begitu kenal denganku. Ternyata dia sudah tahu jika aku adalah anak salah seorang pembantu di rumahnya.

" Vay, ko' melamun?" Ian membuyarkan lamunanku. Setelah basa-basi sebentar, Ibu pamit ke

belakang.

" Aku jadi bingung sekarang, haruskah aku juga memanggilmu Den Anton atau Ian ya?" Aku mencoba mencairkan suasana yang tiba-tiba hening.

" Tak usah begitu Vay, aku tetap Ian seperti yang kamu kenal selama ini, dan tak ada status yang membedakan diantara kita."

"Tapi...,".

" Vay, sudahlah, kita bahas yang lain saja." Ian memotong ucapanku. Aku hanya diam, rasanya jadi beda saat kita mengetahui hal yang sebenarnya. Apalagi sesuatu yang tak pernah kita duga selama ini. 

" Oh ya Vay, besok bukannya ada rapat sepulang sekolah ya?"

" Iya."

" Ikutkan? soalnya harus ada 2 perwakilan dari masing-masing kelas."

" Iya."

" Vay, aku suka kamu."

" Iya, eh, apa kamu bilang??" Ian tertawa melihat reaksiku. 

" Dari tadi jawabnya iya terus, baru ganti topik baru sadar." 

" Sudahlah, sepertinya kamu tidak suka dengan kedatanganku. Aku pulang dulu ya, sampai bertemu besok di sekolah." Ian bangkit dan aku hanya mengekor di belakang. Sesampainya di luar pintu pagar, dia berhenti dan menoleh

" Apa yang barusan aku bicarakan tadi bukan bercanda Vay". Ujarnya sambil tersenyum dan melangkah pergi.

 To Be Continue

Image by kawankumagz.com

Griya Senja - Seringkali dalam kehidupan kita mempunyai teman-teman dekat yang sudah dulu ada sebelum pasangan kita. Mereka adalah teman kita baik dalam suka maupun duka. Lantas, bagaimana kah sikap kita saat hubungan kita dengan teman justru mengancam keharmonisan dengan pasangan? 

Semua orang tahu, jika teman atau sahabat tak melulu sesama jenis, ada yang mendapatkan seorang teman/ sahabat dengan lawan jenis sehingga banyak yang mengira jika kita dan sahabat adalah sepasang kekasih. Jika masih singel sich sah-sah saja, tapi yang perlu digaris bawahi adalah saat kita atau sahabat sudah memiliki pendamping hidup, dan ternyata mereka terganggu dengan hubungan kita dengan sahabat, salahkah mereka? Tentunya tidak. Dan kita tak perlu marah dengan sikap pasangan saat memprotes kedekatan kita dengan sahabat. Ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi agar kita tak salah bersikap dan mengorbankan sebuah hubungan yang tak seharusnya dikorbankan.

* Menyadari Jika Situasi dan Kondisi Sudah Berubah

Bagi kita yang sudah memutuskan untuk memiliki pendamping dalam hidup, entah masih dalam status pacaran atau bahkan sudah menikah, berarti harus menyadari jika situasi dan kondisi kita akan berubah. Dimana saat masih singel kita sering ngongko bareng bersama mereka, dan selalu menghabiskan waktu bersama, tentunya setelah mempunyai pasangan kita tidak bisa dengan seenaknya seperti itu. Bukan karena dikekang, tapi melainkan ada hal baru dimana kita harus menjaga komitmen yang telah kalian buat bersama. Aplagi bagi Sobat GriS yang sudah memutuskan untuk menikah, tentunya tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga atau ibu rumah tangga menanti. Ada aturan-aturan baru yang harus dijalankan dan tentunya berbeda dengan saat kita masih lajang.

* Romantis Itu Hanya Milik Pasangan

Nah, tentunya ini bagi Sobat GriS yang memiliki sahabat lawan jenis. Perlunya menjaga sikap agar dapat membedakan mana sahabat? dan mana pasangan? agar tidak terjadi kesalah pahaman di kemudian hari. Wajar jika pasangan cemburu melihat kedekatan kita dengan lawan jenis mesti itu sahabatnya sendiri. Karena sejatinya, persahabatan dua orang manusia berbeda jenis yang sudah dewasa, jarang sekali murni persahabatan. Entah dengan alasan apapun, kita harus dapat membedakan dalam bersikap. 

* Batasi Dalam Penggunakan MedSos, Handphone, dll, Jika Tidak Perlu
Seringkali hal-hal tersebut menjadi pemicu timbulnya pertengkaran kita dengan pasangan. Apalagi jika ada BBM, SMS atau apapun yang menjurus pada perasaan. Hindari hal-hal yang tak perlu yang dapat memicu kesalahpahaman diantara kalian berdua.

Nah, Sobat GriS, dengan kita lebih hati-hati dalam bersikap, kita bisa tetap memiliki keduanya, tapi dengan persentase yang berbeda. Semoga Bermanfaat :)

Image by www.molto.co.id