Griya Senja - Aku menunggu. Menunggu sebuah rasa
menjadi sempurna. Menanti dengan setia dan hanyut dalam rasa. Menunggu sebuah
rasa menjadi sempurna. Menunggu separuh jiwa yang entah dimana adanya. Yang
jelas aku menunggu. Tak letih menapaki hari. Tak jemu menghitung waktu. Mungkin
sebagian orang menganggap aku gila. Menganggap aku aneh. Menganggap aku
menghabiskan masa mudaku dengan percuma. Karena ketika wanita seusiaku sudah
memikirkan pendamping dan menyusun masa depan membangun rumah tangga. Aku malah
asyik membangun mimpiku. Mimpi yang terus aku nikmati sendiri. Layaknya senja
dan hujan yang selalu aku nanti.
“sampai kapan kamu akan seperti ini?”.
Begitu pertanyaan yang pernah terlontar dari Reva salah satu sahabatku. Aku hanya
tersenyum menanggapi pertanyaannya. Tanpa bermaksud menjawabnya. Karena mereka
bukanlah aku. Jadi sejelas apapun jawabanku, dimata mereka aku tetap salah. Aku
salah karena memilih jalan yang tak jelas ini. Aku salah karena membiarkan
hatiku kosong tak berpenghuni.
“aku masih punya Allah Va, jadi kamu
salah jika menganggap hatiku kosong tak berpenghuni”. Begitu kilahku saat Reva
memojokkan aku dengan kalimatnya yang bertubi-tubi.
“itu bukan jawaban yang logis Din, Allah
itu tetap ada. Dan tidak bisa diganti dengan apapun. Yang aku maksud seseorang
yang bisa menemani kamu, jadi pendamping dalam hidupmu”.
Aku
hanya terdiam. Tak bermaksud mengelak dan membela diri. Aku tak mau hanya
gara-gara masalah ini aku dan Reva sampai bertengkar. Aku menghela nafas
panjang, mencoba menetralisir perasaan agar tidak terpancing emosi yang
ujung-ujungnya akan membawa penyesalan diri. Entah harus dengan cara apa aku
melukiskan perasaanku saat ini? Agar mereka mengerti dan menyadari. Rasa yang
aku nanti belum jua ku temui. Tak jua pada diri Roni, pemuda santri yang
sekarang sudah diangkat menjadi pegawai negeri, atau Andy yang katanya
pengusaha sukses yang mandiri, atau Doni yang seorang putra kyai.
Cinta itu terletak dihati. Ketika rasa
itu tak ada disana, haruskah aku tetap menjalaninya?? Ku tatap rintik hujan
diluar sana. Kunikmati suaranya. Suara yang selalu membuat aku merasa nyaman.
Dan aromanya yang selalu membuat aku merasa terpikat. Mengalahkan rasa-rasa
yang bagai tersekat.
Ku
pejamkan mata. Ku coba menyadari, jika rasa setia pada kesendirian ini suatu
saat pasti akan ku akhiri. Ketika aku bisa menemukan rasa itu. Lewat radarku.
Image by 3.bp.blogspot.com